BISNIS TIKET PESAWAT ONLINEBISNIS TIKET PESAWAT ONLINE
Direkomendasikan bagi Anda yang ingin memiliki dan mengelola bisnis penjualan tiket pesawat secara online, murah, mudah, cepat, dan aman. KLIK DISINI untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

KOLEKSI WALLPAPER FOTO PESAWAT TERBANG :


Pelopor reformasi atau pelopor kekacauan?

Pelopor reformasi atau pelopor kekacauan?. Info sangat penting tentang Pelopor reformasi atau pelopor kekacauan?. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Pelopor reformasi atau pelopor kekacauan?

Pelopor reformasi atau pelopor kekacauan?
Bisnis Tiket Pesawat
Saya tidak tahu, apa iya eks subdomain blog pada layanan blogging gratis yang sudah dihapus masih bisa digunakan lagi. Karena saya belum pernah mendengar kejadian seperti itu. Tapi memang sebaiknya blog pada layanan gratis yang sudah tidak kelola jangan dihapus. Mungkin saja kita sedang jenuh mengelola blog itu. Biarkan saja tetap eksis, mungkin suatu saat kita ingin kembali mengelolanya. Saran dari blogger bule tadi, pada blog lama itu kita cukup mencantumkan saran kepada para pengunjung blog agar mengunjungi juga blog kita yang baru. Bikin saja saran itu dengan teks berukuran besar sekali agar terlihat jelas oleh pengunjung. Sebuah reaksi nuklir akan sangat bermanfaat bagi kita jika proses reaksi itu bisa dikendalikan. Seperti reaktor nuklir pembangkit listrik, nuklir untuk therapi penyembuhan di dunia kedokteran, penggunaan nuklir di dunia industri, dan sebagainya. Tapi kalau reaksi nuklir yang tidak bisa dikendalikan atau bahkan memang sengaja tidak dikendalikan, menjadi ledakan yang bisa menghancurkan bumi. Demikian juga dengan perubahan tatanan kehidupan, jika tidak ada yang bisa mengendalikan, pasti menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Lalu, apa hubungan paragraf ini dengan judul diatas? Baru saja saya menerima sebuah pesan dari sebuah grup yang saya ikuti di Facebook. Apa isi pesan tersebut? Kerinduan pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Apa alasannya? Banyak, dari A sampai Z, dari murahnya harga sembako hingga kewibawaan NKRI di mata para negara tetangga. Kecuali saya, mungkin ada saja yang menganggap bahwa isi pesan Facebook itu berbau subversif. Berhubung saya penganut era keterbukaan, saya anggap saja itu bagian dari kebebasan dalam berpendapat. Saya lebih menafsirkannya sebagai rasa putus asa pada kelanjutan perubahan sosial politik yang makin tidak terkendali di negeri ini. Dan saya yakin, pengirim pesan itu merasa kesal dan meng"keparatkan" para sponsor perubahan sosial politik yang berlaku di Indonesia. Ternyata setelah perubahan terjadi, mereka sangat tidak mampu mengendalikannya. Meledak seperti reaksi nuklir yang tidak terkendali. Berapa pun banyaknya jumlah rakyat Indonesia, sejumlah itu juga yang menjadi korban tak berdaya. Saya tidak tahu, apakah mereka tertawa atau menangis melihat rakyat menjadi santapan perubahan yang mereka ciptakan. Pada pesan itu disebutkan, dulu rakyat bisa menikmati sembako dengan harga murah, BBM murah, dan lain-lain yang serba murah. Rakyat tidak mau tahu apakah harga-harga itu disubsidi atau tidak, pokoknya yang penting murah dan rakyat bisa membeli. Dulu, tidak pernah terdengar ada negara tetangga yang berani terang-terangan bertingkah melakukan penetrasi tapal batas NKRI. Tapi sekarang, dalam satu tahun, ada puluhan kali mereka melakukan itu, malah seperti menantang. Bahkan dulu, para kepala negara itu harus tertunduk-tunduk kepalanya jika berhadapan atau berjalan bersama Soeharto. Soeharto telah membuat semuanya menjadi "terlihat" aman, nyaman, dan menyenangkan. Si pengirim pesan bilang, dia tahu bahwa Soeharto adalah koruptor besar, setidaknya sudah dituduh seperti itu oleh banyak orang. Tapi dia tidak peduli, biarlah Soeharto korupsi, yang penting rakyat bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mudah, dan tidak perlu was-was akan terjadinya bentrokan antar etnis atau antar kelompok. Mereka yakin tentara Soeharto pasti segera membasmi para peserta bentrokan atau "membersihkan" para dalangnya dan penyebab keresahan lainnya. Mungkin dengan metode ala "petrus" seperti pada era 1960an dan 1970an dulu. Biarlah cara itu dianggap banyak orang melanggar HAM, yang penting rakyat senang. Saya tidak mau membayangkan apa yang terjadi jika kemudian makin banyak orang Indonesia yang menjadi frustasi pada akibat perubahan yang terjadi. Mereka menjadi menyalahkan para pelaku perubahan.


Powered By : Blogger